Stuck for Christmas gifts? Shop local in Kensington

With Christmas fast approaching I went searching for local businesses in Kensington that’ll tick off everything on the Christmas list. I can’t believe I’d never been into this store before, it had…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Best Night

cw // kiss

Sudah botol ke-empat Jasver menghabiskan alkoholnya. Sedari tadi, matanya tidak terlepas dari arah jam tiga. Ia mengawasi Dion, mantan kekasihnya diam-diam. Beberapa kali ada perempuan yang mendekati pria tersebut, namun Dion menolaknya mentah-mentah. Hal tersebut membuat Jasver sedikit menaruh harapan padanya. "Hahahaha, tumben banget dikasih ikan gak mau diambil. Padahal sama gue selalu mancing duluan.”

Pria itu terlihat datang seorang diri kemari. Marlboro masih menjadi pemanis terbaiknya untuk melepas rasa lelahnya. Hubungan mereka kandas 3 bulan yang lalu. Hal tersebut dikarenakan terjadi karena ego mereka saat itu tengah memuncak. Karena ego mereka yang terlalu besar, terjadilah percakapan yang tak seharusnya mereka lontarkan, terlontar begitu saja. Karena perkataan tersebut, saat itu Jasver terlebih dahulu yang memutuskan hubungannya.

Hingga akhirnya Dion pun, menyetujui permintaan Jasver. Jasver sendiri merasa menyesal karena telah memutuskan pria itu dengan pikiran yang sedang panas-panasnya. Ia tidak berpikir dengan jernih saat itu. Alhasil, beberapa bulan ini Jasver justru merasakan penyesalan akibat ulahnya sendiri.

Ia masih merindukan pria tersebut. Ia masih menginginkan Dion selalu ada di sisinya. Hanya saja, rasa gengsinya terlalu tinggi jika ia meminta rujuk kepada Dion. "Enak aja, gue yang mutusin, gue juga yang minta balikan," monolognya.

Karena terlalu larut dalam pikirannya, Jasver sampai-sampai tidak tersadar jika sosok di depannya ini adalah sosok yang ia perhatikan sedari tadi. "Jasver, kan?"

Belum saja Jasver menjawab, Dion telah memeluknya erat. "Damn, i'm fucking miss you, baby."

Kadar alkohol yang ia teguk sedari tadi, tiba-tiba hilang begitu saja karena pelukan Dion. Pria itu menghilangkan rasa mabuknya dengan mudah. "I miss you badly, Jasver," ujarnya sembari menghirup aroma vanilla dari tengkuk Jasver.

Hingga akhirnya, Dion menarik tangan Jasver untuk pergi menjauh dari keramaian. Ia membawa wanita itu ke balkon. Dapat Jasver sadari, kini ia tengah bertatapan dengan mata tajam milik Dion. Pria di depannya ini, ialah pria yang ia rindukan akhir-akhir ini. Namun, Jasver tidak dapat berkutik apapun. Ia hanya dapat diam terpaku. "I'm sorry, bae. Gak seharusnya aku lampiasin rasa capek aku ke kamu. Maaf, maafin aku."

Tangan kanan Dion mengusap pelan pipi Jasver. Perlahan jarak diantara keduanya semakin menipis. Nafas diantara keduanya saling beradu. "I'm sorry, but i miss you badly. I love you, Jasver." Dion perlahan mengecup bibir Jasver.

Awalnya Jasver terkejut karena ulah Dion tiba-tiba. Namun, ia tidak memberikan perlawanan apa yang Dion lakukan padanya. Justru perlahan-lahan, ciuman tersebut tidak menjadi sebatas kecupan biasa. Hingga perlahan Jasver mencari letak kenyamanan dengan cara kedua tangannya ia kalungkan tepat di leher Dion. Seakan mendapat persetujuan dari Jasver, tangan kiri Dion bergerak mengelus punggung wanita itu yang memang terekspos begitu saja. Dion menarik bibirnya untuk sekedar melihat wajah sayu Jasver. "Kamu nakal ya semenjak gak bareng aku. Pakai baju terbuka kayak gini."

"Can you just kiss me more again?" Kini Jasver memberanikan diri untuk mengeluarkan suaranya setelah sedari tadi ia hanya terdiam membisu.

Dion terkekeh pelan. "I will do anything for you, baby." Kini Dion kembali memberikan lumatan yang sempat tertunda tadi. Tak lupa salah satu tangannya menahan tengkuk Jasver agar wanita itu tidak menjauhkan wajahnya darinya.

Dion memang sengaja membawa Jasver ke tempat yang jarang dijamah oleh orang-orang. Lelaki itu membawa Jasver duduk diatas pangkuannya. Sebelumnya, ia melepaskan jas nya untuk menutupi paha Jasver yang memang terpampang jelas begitu saja. Lalu, ia melanjutkan kembali pautan tersebut. Namun, kini bibir Dion tidak tinggap diam. Ciumannya perlahan semakin menurun ke leher gadis tersebut yang akhirnya menimbulkan bekas kemerahan di sana.

Tanpa Jasver sadari, tangan kanannya meremas rambut lelaki itu karena ulah kecupan yang ia rasakan di tubuhnya. "Shit, kalo bekas gimana anjir," desis Jasver.

"Sengaja. Aku mau orang-orang tau if i'm yours."

Kini kondisi keduanya telah saling berantakan. Dari rambut Dion yang acak-acakan karena ulah tangan Jasver. Hingga lipstick Jasver yang telah turut menularkan warnanya pada bibir Dion. Dion kembali melumat bibir Jasver begitu saja. Tak lupa tangannya yang nakal telah memasuki kaos hitam milik Jasver.

Karena terbawa suasana, Jasver tak tinggal diam. Jemarinya perlahan membuka sabuk pengaman milik Dion. Sempat terhenti sesaat ciuman diantara keduanya. "Bae, kamu yakin mau di sini?"

"Lo udah buat gue berantakan gini ya anjir. Terus gue mau ditinggal gitu aja?"

Dion memilih untuk menggendong Jasver lalu masuk begitu saja ke ruangan yang memang sengaja disediakan di club tersebut. "Allow me to have you completely tonight, baby."

Malam itu menjadi sebuah malam yang tidak terduga untuk Jasver maupun Dion. Keduanya melakukan hubungan yang tak seharusnya mereka lakukan. Entahlah, ini terjadi karena keduanya sama-sama terpengaruh alkohol atau bukan, tetapi keduanya saling menikmatinya satu sama lain. Malam itu menjadi malam terbaik diantara keduanya.

Add a comment

Related posts:

Have you ever had a dream?

Have you ever had a dream so vivid that you can see and feel everything around you in the dream? I am talking about feeling the emotions, hear the conversations, seeing what is going on around you…

Redefining What it Means to Be an Emotional Woman

What does it mean to be an emotional woman? In my experience, it’s meant I’m too sensitive, or that I must be PMSing. I’ve been told that I make mountains out of molehills and even that I’m obsessed…