Fundamentos

Foi no Pan-Americano de 1987. Nessa época os americanos se achavam tão superiores que não mandavam seus jogadores profissionais para competições como Pan-Americano e Olimpíadas e mesmo assim levavam…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Fenomena Menikah Muda Dan Gagasannya Yang Terlalu Dipaksakan

Makin kesini kita makin banyak disuguhkan oleh berita-berita tentang fenomena menikah muda baik dari kalangan yang tidak kita kenal sampai ke kalangan yang dimana isinya adalah teman-teman dan orang-orang di sekitar kita.

Entah kenapa menikah muda kini bisa kita bilang sudah menjadi sebuah fenomena apalagi jika kita melihat dari segi usia. Cukup banyak orang-orang yang dari segi usia belum menginjak ke usia dua puluh tapi mereka sudah memutuskan untuk menikah, bahkan dari sebuah berita yang pernah saya baca di suatu daerah di Indonesia ada sepasang remaja yang baru berusia 15 dan 12 tahun mereka sudah memutuskan untuk menikah.

Mirisnya keduanya saat itu masih sama-sama berstatus sebagai pelajar SMP. Keduanya menikah lantaran orang tua mereka yang takut terjadi suatu hal yang tak diinginkan hanya karena kedua anak tersebut pernah jalan-jalan berduaan.

Untuk kasus ini menurut saya lebih condong untuk disebut pernikahan dibawah umur dan memang seharusnya dihindari dan tidak dilakukan apalagi setahu saya ada sebuah hukum yang menjelaskan tentang berapa usia minimal seseorang baru boleh memutuskan untuk menikah, tentunya bukan di usia 12 atau 15 tahun.

Dulu, di usia segitu segitu mana ada saya mikirin nikah yang ada saya banyak menghabiskan waktu dengan main gasing atau layangan, satu-satunya soal percintaan yang saya pikirkan saat itu adalah kenapa Shizuka sulit luluh kepada Nobita padahal Nobita sudah melakukan segala hal, apa jangan-jangan Shizuka ada main di belakang dengan Doraemon? hiks ~

Kembali pada konteks tentang menikah muda kita tidak bisa menilai tentang hal itu adalah benar atau salah karena itu tergantung pada sisi mana kita melihatnya karena memang bukankah menikah tidak bisa hanya ditentukan oleh satu sisi atau satu alasan saja, hal yang kau inginkan sekali seumur hidup rasanya butuh benar-benar kau pikirkan dengan sangat matang.

Dari fenomena yang saya lihat baik dari lingkungan sekitar alias teman-teman atau mereka siapa saja yang viral cukup banyak yang menjadikan konsep “latah” sebagai alasan mereka untuk memutuskan menikah.

Latah yang dimaksud disini adalah “ikut-ikutan”, jadi ketika ada satu pasangan yang menikah muda kemudian mereka sering melihat kehidupan si pasangan tersebut di media sosial yang selalu kelihatan bahagia, sweet, hingga romantis timbul lah rasa iri yang kemudian akhirnya menciptakan sebuah pembahasan ingin menikah dengan pasangan mereka masing-masing.

Nah, jika sudah sampai tahap ini biasanya tidak lama kemudian mereka akan cepat untuk menyusul nikah.

Biasanya ada satu percakapan khas yang sering dijadikan salah satu alasan banyak orang menikah :

ih liat deh temen aku ini setelah nikah kayanya dia bahagia banget deh, jadi pengen nyusul nikah deh”

Tapi kan kita belum banyak tabungan, pendapatan juga belum stabil, nanti kita tinggal dimana kalau udah nikah?”

Itu mah kan bisa gimana nanti, kan katanya orang yang udah nikah itu pasti ada aja gitu rezekinya”

Gitu ya? yaudah kalau gitu ayo kita nikah minggu depan”

Saya tidak tahu dari mana awal mulanya pemikiran seperti itu timbul dan tidak bisa juga mengatakan pemikiran tersebut salah tetapi sepertinya tidak bisa juga sepenuhnya dinilai benar. Sederhananya bijaksana saja masa iya kita mau menggantungkan kehidupan kita setelah nikah nanti dengan hal-hal yang belum pasti dan semata mengandalkan peribahasa.

Hal lain yang menurut pandangan pribadi saya salah adalah ketika seseorang yang sudah menikah di usia muda kemudian mereka merasa paling benar. Ini pengalaman saya atau mungkin di lingkungan kalian pun ada dimana ada satu pasangan suami-istri yang masih muda dan belum lama menikah mereka sering menyampaikan opini-opini pribadi yang seakan terlalu memaksa untuh harus dikonsumsi oleh semua orang, seperti:

“Kamu ngapain lama-lama pacaran kalau nanti ujungnya nikahnya sama orang lain”

Kita mah sih enak udah nikah, makan ada yang nemenin, tidur ada yang nemenin, kemana-mana ada yang nemenin”

Kamu mending cepet nikah deh ngapain lama-lama mau jadi lajang sampai tua?”

Saya paham betul itu adalah sekian dari banyak keuntungan bagi orang-orang yang sudah menikah tapi bukankah tidak menjadi hal yang bijaksana jika hal tersebut malah dijadikan senjata untuk merasa sangat spesial dibanding orang yang belum menikah.

Hal tersebut malah justru memperlihatkan kalau mereka menikah seperti bukan karena merasa sudah siap dan sampai diwaktunya tapi hanya cuma sebatas untuk merasa lebih diatas dibanding orang yang belum menikah yang padahal asumsi itu juga tidak sepenuhnya benar.

Belum lagi saya sering dengar orang-orang yang memilih nikah muda sebatas karena mereka ingin cepat halal alias bisa tinggal bareng, tidur bareng, dan bebas melakukan apa saja. Menurut saya pribadi alasan seperti itu terlalu sempit karena jika hanya sebatas untuk mengendalikan nafsu tentunya ada jalan lain.

Khawatirnya pasangan yang memilih nikah cuma karena sebatas alasan tersebut saat berumah tangga nanti psikologis ketidaksiapannya akan sering muncul, apalagi usia muda adalah usia dimana ego manusia sedang tinggi-tingginya. Dan sebagaimana ego yang terlalu ditinggikan efeknya akan mendekatkan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan

Disini saya tidak mengatakan kalau menikah muda itu salah saya hanya ingin meluruskan hal-hal yang menurut saya kurang benar. Tidak semua orang menjadikan menikah adalah satu-satunya tujuan dalam hidup mereka; ada yang ingin mencapai karir dulu setinggi-tingginya, ada yang ingin mapan dulu baik dari segi pendidikan atau pekerjaan, dan tugas kita adalah saling menghargai tanpa terlalu memaksakan opini atau gagasan pribadi karena itu sudah menjadi konsep dasar manusia sebagai makhluk sosial.

Menikahlah saat kau dan pasanganmu sudah merasa siap, dan kita tahu level kesiapan masing-masing orang itu berbeda-beda. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang hingga sampai pada level siap tersebut baik itu dari segi emosi, psikologis, hingga keuangan.

Jangan sampai kita salah langkah dengan memilih nikah muda hanya karena melihat mereka-mereka yang nikah muda terlihat bahagia padahal itu tidak ada jaminan bahwa akan seperti itu selamanya.

Ketahuilah menikah pun pasti akan ada sisi tidak enaknya jadi buat yang belum menikah pastikan dulu untuk sudah tahu dan siap menghadapi pahit-pahitnya itu, dan untuk yang sudah menikah di usia muda berbahagialah dan itu sudah cukup, tidak perlu sampai berargumentasi untuk merasa menjadi kaum yang lebih bahagia dibanding yang belum menikah. Karena sama seperti level kesiapan level kebahagiaan setiap orang juga berbeda-beda.

Yang menikah muda tidak usah merasa lebih baik, yang belum menikah di usia muda tidak usah penuh dengan panik. Karena komitmen dibentuk berdasarkan kesiapan bukan karena iri atau ikut-ikutan.

Add a comment

Related posts:

Start Making Something

A guide to start with your project from finding the right idea to putting it out there. It’s important to act on inspiration, stand for something, get the job done, and give it away for free

Measure Cumulative Flow for the Project

You have too many projects, and firefighting and multitasking are keeping you from finishing any of them. You need to manage your project portfolio. This fully updated and expanded bestseller arms you with agile and lean ways to collect all your work and decide which projects you should do first, second, and never. See how to ti

Exploratory Analysis on Housing Data in Python

How could I spend the least money for buying my one and only dream house without the need of doing tons of searches?